Seminar/Pelatihan Berkebun Kurma

2:40:00 PM 0 Comments A+ a-

Pelatihan ini dilaksanakan pada 3 September 2016 yang diselenggarakan oleh Event Jakarta bertempat di Blok M Square, Jakarta dengan Nara sumber yang dihadirkan pada seminar ini adalah Sak Lamjuan PhD. (Pemulia kurma dari Chiangmai, Thailand dan penemu kurma tropis KL-1), Ir Elnizar Zainal MSc (Perwakilan Direktorat Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia), Kamel Makkes (Wakil duta besar Republik Tunisa) dan Syaiful Ichsan (Praktisi Kurma Indonesia). Pelatihan selama sehari tersebut memberikan wawasan kepada 2 orang dosen Program Studi Agroteknologi tentang teknologi budidaya tanaman kurma yang biasa tumbuh di negara Timur Tengah sehingga bisa berproduksi di Indonesia. 

Kurma merupakan menu wajib saat berbuka puasa ketika bulan Ramadhan, selama ini kurma yang tersedia adalah kurma import yang berasal dari beberapa negara arab salah satunya Tunisia. Fenomena kurma dapat berbuah di Indonesia yaitu di pekarangan Masjid Al-Barkah Bekasi menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi dapat mengebunkan kurma. Thailand adalah salah satu negara asia tenggara yang sudah menanam dan mengembangkan perkebunan kurma. Thailand juga sudah mempunyai varietas kurma tropis yaitu Kolak One (KL 1). Menurut Sak Lamjuan (Penemu Kurma KL-1), kurma varietas KL-1 sudah banyak dibudidayakan di Thailand karena memiliki keunggulan genjah. Tanaman anggota family Arecaceae itu berbuah perdana pada umur 3 tahun dari bibit hasil perbanyakan dari biji.

Seminar/pelatihan ini dirasa sangat penting dalam upaya koleksi dan budidaya pohon kurma di Gunadarma Technopark, Cianjur.





Dalam seminar Sak Lamjuan menuturkan bahwa varietas KL-1 bercita rasa sempurna meski dipanen pada fase khalal atau buah segar. Daging buah terasa renyah dengan sensasi manis sedikit sepat. Rasa sepat berkurang bila panen lebih tua. “Buah yang disimpan hingga sepekan akan bercita rasa lebih manis,” Namun, dalam pemaparannya Sak Lamjuan mengingatkan kepada para calon pekebun agar memahami betul karakter kurma sebelum memutuskan untuk berkebun secara intensif. Maklum, kurma bukan tanaman asli daerah beriklim tropis.
Tanaman kerabat kelapa itu lebih menyukai kawasan beriklim kering dengan curah hujan sangat rendah (sesuai kondisi iklim wilayah Cikalong UG Technopark). Di kawasan bercurah hujan tinggi kurma bisa bertahan hidup. Namun, produksi buah rendah. Hujan menyebabkan buah mudah rontok, pecah, dan busuk. Sak Lamjuan menuturkan lokasi budidaya sebaiknya memiliki musim panas minimal 4 bulan. “Jika musim panas berlangsung lebih pendek, maka kemampuan pohon berbuah semakin rendah,” tuturnya.
Sak Lamjuan menuturkan curah hujan yang tinggi menyebabkan pekebun tidak memungkinkan memanen kurma hingga kondisi buah kering—fase ruthab maupun tamar, seperti para pekebun di Asia barat. Itulah sebabnya menurut Sak Lamjuan untuk daerah tropis sebaiknya pilih varietas kurma yang rasanya sudah manis meski baru memasuki fase khalal atau buah segar, seperti KL-1 (Fitri Yulianti)