Seminar/Pelatihan Berkebun Kurma
Pelatihan ini dilaksanakan pada 3 September 2016 yang diselenggarakan oleh Event Jakarta bertempat di Blok M Square, Jakarta dengan Nara sumber yang dihadirkan pada seminar ini adalah Sak Lamjuan PhD. (Pemulia kurma dari Chiangmai, Thailand dan penemu kurma tropis KL-1), Ir Elnizar Zainal MSc (Perwakilan Direktorat Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia), Kamel Makkes (Wakil duta besar Republik Tunisa) dan Syaiful Ichsan (Praktisi Kurma Indonesia). Pelatihan selama sehari tersebut memberikan wawasan kepada 2 orang dosen Program Studi Agroteknologi tentang teknologi budidaya tanaman kurma yang biasa tumbuh di negara Timur Tengah sehingga bisa berproduksi di Indonesia.
Kurma merupakan menu wajib saat berbuka puasa ketika bulan Ramadhan, selama ini kurma yang tersedia adalah kurma import yang berasal dari beberapa negara arab salah satunya Tunisia. Fenomena kurma dapat berbuah di Indonesia yaitu di pekarangan Masjid Al-Barkah Bekasi menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi dapat mengebunkan kurma. Thailand adalah salah satu negara asia tenggara yang sudah menanam dan mengembangkan perkebunan kurma. Thailand juga sudah mempunyai varietas kurma tropis yaitu Kolak One (KL 1). Menurut Sak Lamjuan (Penemu Kurma KL-1), kurma varietas KL-1 sudah banyak dibudidayakan di Thailand karena memiliki keunggulan genjah. Tanaman anggota family Arecaceae itu berbuah perdana pada umur 3 tahun dari bibit hasil perbanyakan dari biji.
Seminar/pelatihan ini dirasa sangat penting dalam upaya koleksi dan budidaya pohon kurma di Gunadarma Technopark, Cianjur.
Kurma merupakan menu wajib saat berbuka puasa ketika bulan Ramadhan, selama ini kurma yang tersedia adalah kurma import yang berasal dari beberapa negara arab salah satunya Tunisia. Fenomena kurma dapat berbuah di Indonesia yaitu di pekarangan Masjid Al-Barkah Bekasi menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi dapat mengebunkan kurma. Thailand adalah salah satu negara asia tenggara yang sudah menanam dan mengembangkan perkebunan kurma. Thailand juga sudah mempunyai varietas kurma tropis yaitu Kolak One (KL 1). Menurut Sak Lamjuan (Penemu Kurma KL-1), kurma varietas KL-1 sudah banyak dibudidayakan di Thailand karena memiliki keunggulan genjah. Tanaman anggota family Arecaceae itu berbuah perdana pada umur 3 tahun dari bibit hasil perbanyakan dari biji.
Seminar/pelatihan ini dirasa sangat penting dalam upaya koleksi dan budidaya pohon kurma di Gunadarma Technopark, Cianjur.
Dalam seminar Sak Lamjuan menuturkan bahwa varietas KL-1 bercita rasa sempurna meski dipanen pada fase
khalal atau buah segar. Daging buah
terasa renyah dengan sensasi
manis sedikit sepat. Rasa sepat
berkurang bila panen lebih tua. “Buah
yang disimpan hingga sepekan akan bercita
rasa lebih manis,” Namun, dalam
pemaparannya Sak Lamjuan mengingatkan
kepada para calon pekebun agar
memahami betul karakter kurma sebelum
memutuskan untuk berkebun secara
intensif. Maklum, kurma bukan tanaman
asli daerah beriklim tropis.
Tanaman
kerabat kelapa itu lebih
menyukai kawasan beriklim kering
dengan curah hujan sangat rendah (sesuai kondisi iklim wilayah Cikalong UG
Technopark). Di kawasan
bercurah hujan tinggi kurma bisa
bertahan hidup. Namun, produksi buah rendah. Hujan menyebabkan buah mudah rontok, pecah, dan busuk. Sak Lamjuan menuturkan lokasi budidaya sebaiknya memiliki musim panas minimal
4 bulan. “Jika musim panas berlangsung lebih pendek, maka kemampuan pohon
berbuah semakin rendah,” tuturnya.
Sak
Lamjuan menuturkan curah hujan yang tinggi menyebabkan pekebun tidak memungkinkan
memanen kurma hingga kondisi buah kering—fase ruthab maupun tamar, seperti para
pekebun di Asia barat. Itulah sebabnya menurut Sak Lamjuan untuk daerah tropis
sebaiknya pilih varietas kurma yang rasanya sudah manis meski baru memasuki
fase khalal atau buah segar, seperti KL-1 (Fitri
Yulianti).